Selasa, 04 Januari 2022

Satuan Pengukur Rasa Pedas Scoville Heat Unit (SHU)

 

Cabai Scoville Heat Unit

Scoville Heat Unit (SHU) adalah skala pengukur yang digunakan untuk mengukur tingkat kepedasan suatu makanan, rasa pedas makanan biasanya sangat bergantung pada kadar capsaicin yang merupakan suatu senyawa yang bisa menimbulkan rasa pedas dan panas.

Capsaicin ini bisa ditemukan pada biji cabai, semakin banyak kandungan capsaicin yang ada di dalam makanan, maka makanan akan terasa semakin pedas.  Cabai memiliki beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker, selain itu, terdapat kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan harian setiap orang, tetapi tetap harus dikonsumsi secukupnya untuk menghindari nyeri lambung.

Kehadiran capsaicin dalam cabai memang mengiritasi, tetapi bagi kemanyakan orang mempunyai efek yang menyenangkan dari menelan capsaicin.  Penggemar cabai mengaitkan ini dengan pelepasan endorfin yang dirangsang oleh rasa sakit, selain itu capsaicin juga berguna sebagai analgesic seperti dioleskan pada bagian tubuh, panas cabai memberikan bantuan untuk nyeri otot dan mengatasi rasa gatal pada kulit.

Scoville Heat Unit (SHU) pertama kali ditemukan oleh seorang karyawan perusahaan farmasi bernama Wilbur Scoville pada tahun 1912.  Metode aslinya disebut Uji Organoleptik Scoville dan menggunakan pencicip manusia untuk mengevaluasi berapa banyak bagian air gula yang diperlukan untuk menetralkan panas.  Cabai akan digiling dan kemudian dicampur dengan air gula, penguji akan mencicipi campuran cabai dan air gula  sampai cabai tidak lagi terasa pedas.

Cabai akan diberi nilai numerik berdasarkan berapa kali pengenceran yang ditambahkan untuk menutupi panas.  Misalnya, jika cabai diberi nilai 15.000 SHU maka butuh 15.000 tambahan air gula agar pengecapnya tidak lagi merasakan panas atau pedas.

Sayangnya, prosedur  ini tidak terlalu dapat diandalkan karena bersifat subjektif tergantung dari indra pengecap sang penguji, karena lidah tiap penguji berbeda-beda, sehingga terkadang hasil pengujian bisa berbeda.  Saat ini sudah ada mesin yang bisa menentukan tingkat pedasnya makanan. Mesin ini meningkatkan akurasi SHU pada makanan, kandungan capsaicin dapat langsung dihitung dengan bantuan alat bernama High Performance Liquid Chromatography (HPLC) metode penghitungan menggunakan HPLC ini juga disebut sebagai metode Gillett.

Alat High Performance Liquid Chromatography (HPLC) akan menghitung langsung senyawa kimia yang menghasilkan panas sehingga hasilnya akan lebih akurat dibandingkan menggunakan indra perasa.  Metode ini menggunakan satuan pedas ASTA (American Spice Trade Association) satu satuan ASTA kurang lebih sama dengan 15 SHU.

Meskipun metode pengukuran panas cabai saat ini jauh lebih andal daripada teknik sebelumnya, masih ada perbedaan tingkat pengukuran tingkat pedas suatu makanan. Misalkan kondisi di mana jenis cabai yang sama ditanam di jenis tanah yang berbeda dengan jumlah sinar matahari yang bervariasi, jumlah capsaicin yang dihasilkan akan berbeda.

Jenis cabai paling pedas di dunia jatuh kepada cabai Carolina Reaper, cabai ini memiliki sekitar 2,2 juta SHU.  Carolina Reaper ditemukan oleh Ed Currie cabai ini tercatat sebagai cabai terpedas di dunia oleh Guiness World Record pada 2013.

Toleransi rasa pedas masing-masing orang berbeda-beda, bagi kamu yang suka dengan rasa pedas kamu harus berhati-hati agar pencernaan kamu tidak terganggu oleh capsaicin yang ada pada cabai.  Meskipun memiliki keuntungan, kita tidak boleh mengonsumsi makanan yang mengandung capsaicin secara berlebihan.

Load disqus comments

0 comments

Budidaya Porang Kegunaan Dan Manfaatnya

  Budidaya tanaman porang di Kabupaten Balangan Provinsi Kalimnatan Selatan sedang marak karena potensinya yang sangat tinggi terutama untuk...